Wednesday, May 5, 2010

Membongkar Kesesatan Doraemon, Dragon Ball, dan Sincan

Anak-anak ibarat 'kertas putih' yang dapat dituliskan apa saja pada dirinya. Pada masa anak-anak, apa saja yang dilihat dan didengar dapat membekas di dalam sanubarinya yang masih polos, jika telah terukir di dalam hatinya, akan tergambar dan tersalurkan jika kelak mereka menjadi dewasa.

Tidak dipungkiri lagi, banyak beredar kisah-kisah menarik yang dikemas sedemikian rupa agar disukai anak-anak; kebanyakannya termasuk kisah-kisah fiktif yang dibumbui dengan cerita-cerita kebohongan, syirik, kebobrokan akhlaq, dan gambar bernyawa.

Walhasil, kita dapat melihat betapa banyak anak-anak muslim yang lebih mengenal tokoh-tokoh fiktif hasil produksi orang-orang kafir daripada mengenal tokoh-tokoh muslim, seperti para sahabat, dan ulama’ Salaf; betapa banyak anak-anak muslim yang menghafal cerita-cerita khurafat dibandingkan kisah-kisah penuh ibroh (pelajaran) yang telah diceritakan dan diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam.

Ketika anak-anak bergerombol di depan televisi tak ada satu orang tua pun yang bergeming dan prihatin sikap anak-anaknya. Padahal apabila kita perhatikan, maka nasib anak-anak kita berada dalam kondisi memprihatinkan. Bagaimana tidak, sementara film-film kartun tersebut mengajarkan kepada mereka pelanggaran-pelanggaran syariat Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam.

Tulisan yang ada di depan Anda ini akan membongkar kesesatan, dan penyimpangan beberapa film kartun yang paling populer di tengah-tengah masyarakat yang menyesatkan dan meninabobokkan cikal bakal umat ini.

• Doraemon si Boneka Ajaib

Konon kabarnya, Doraemon bisa pergi menjelajah di masa lalu dan di masa yang akan datang. Katanya, ia dapat mengadakan sesuatu yang belum ada menjadi ada dengan “kantong ajaibnya”. Dalam kartun, ia digambarkan sebagai tempat untuk dimintai segala sesuatu yang ghaib oleh temannya. Lihatlah bagaiman film kartun tersebut betul-betul menyimpang dari aqidah.

Segala sesuatu telah ditetapkan waktu dan ajalnya oleh Allah Ta’ala. Makhluk tak mampu mengatur waktu sekehendaknya, baik itu memajukannya atau mengundurkannya. Makhluk tak akan mampu menyebrang dari zaman kekinian menuju zaman lampau atau sebaliknya.

Allah Ta’ala berfirman,

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A’raaf: 34)

Kartun Doraemon telah mengajarkan aqidah (keyakinan) batil dalam benak anak-anak kita tentang adanya makhluk yang memiliki kemampuan yang menyamai Allah Ta’ala.

Kartun Doraemon telah mengajarkan aqidah (keyakinan) batil dalam benak anak-anak kita tentang adanya makhluk yang memiliki kemampuan yang menyamai Allah Ta’ala. Makhluk ini digambarkan mampu mengadakan segala sesuatu yang belum ada menjadi ada. Padahal telah paten dalam Al-Qur’an dan Sunnah bahwa tak ada makhluk yang mampu melakukan segala sesuatu yang ia kehendaki, karena itu semua ada dalam kekuasaan Allah; itu hanyalah sifat yang dimiliki Allah. Dia berfirman,

"Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya." (QS. Al-Baqarah: 253)


"Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki." (QS. Huud: 107)

Tak terasa si Doraemon pun mengajari anak kecil untuk meminta dan berdoa kepada selain Allah dalam perkara yang tak mampu dilakukan oleh seorang makhluk, hanya bisa dilakukan oleh sang Khalik, Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Allah berfirman,

“Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyeru (berdoa) kepada seseorangpun di dalamnya di samping Allah.” (QS. Al-Jin:18 )

Abu Abdillah Al-Qurthubiy rahimahullah berkata, “Firman Allah ini adalah celaan bagi orang-orang musyrikin saat mereka berdoa kepada selain Allah di samping Allah di Masjidil Haram. Mujahid berkata, “Dulu orang-orang Yahudi dan Nashrani, jika masuk ke gereja dan kuil mereka, maka mereka mempersekutukan Allah (dalam beribadah). Maka Allah memerintahkan Nabi-Nya, dan kaum mukminin agar mereka memurnikan doanya hanya kepada Allah jika mereka masuk ke semua masjid.” (Lihat Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an: 19/21)

Doraemon mengajari anak kecil untuk meminta dan berdoa kepada selain Allah dalam perkara yang tak mampu dilakukan kecuali oleh sang Khalik.

• Dragon Ball

Cerita dalam film ini banyak mengandung unsur kebatilan, seperti adanya penyembahan dewa-dewa seperti Dewa Emperor, Dewa Bumi, Dewa Gunung, Dewa Naga, dan lain-lain. Keyakinan ini seluruhnya berasal dari agama Budha, Hindu dan Shinto yang penuh dengan kebatilan dan kesesatan, sementara Allah hanyalah meridhai Islam sebagai agama yang benar.


"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali Imran: 19)

Mufassir ulung, Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Firman Allah Ta’ala tersebut merupakan pengabaran dari-Nya bahwa tak ada agama di sisi-Nya yang Dia terima dari seorang pun selain Islam, yaitu mengikuti para Rasul dalam perkara yang mereka diutus oleh Allah dengannya dalam setiap zaman sampai mereka (para rasul itu) ditutup dengan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang telah menutup semua jalan menuju kepada-Nya, selain dari arah Muhammad. Barangsiapa yang setelah diutusnya Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menemui Allah dengan suatu agama yang tidak berdasarkan syari’atnya, maka agama itu tak akan diterima.” (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim: 1/471)

Jadi, agama apapun selain Islam, seperti agama Buddha, Hindu, Shinto, dan lainnya, semuanya tak akan diterima oleh Allah, dan pelakunya akan merugi, karena kekafiran dirinya. Allah Ta’ala berfirman, "(artinya) Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imron: 85 )

Seorang Imam Ahli Tafsir, Abul Fadhl Mahmud Al-Alusiy rahimahullah berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Allah Ta’ala menjelaskan bahwa barangsiapa yang –setelah diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih selain syari’at beliau, maka agama itu tak akan diterima darinya. Sedangkan diterimanya sesuatu adalah diridhainya, dan diberikannya balasan bagi pelakunya atas perbuatan itu.” (Lihat Ruh Al-Ma’aniy: 3/215)

Jika kita telah mengetahui kebatilan agama selain Islam, maka tak layak bagi kita dan anak-anak kita untuk berbangga, meniru, dan memuji orang-orang kafir itu, dan gaya hidup mereka, apalagi sampai memilih agama mereka sebagai pedoman hidup!! Jauhkanlah anak-anak kita dari orang-orang kafir, jangan sampai mereka bangga dengan orang-orang kafir. Bersihkanlah mulut dan telinga mereka dari istilah-istilah orang-orang kafir, dan paganisme dengan jalan membersihkan rumah kita dari benda pembawa petaka (televisi) yang berisi tayangan yang mendangkalkan, bahkan menghanguskan agama. Kita harus baro’ (berlepas diri) dari orang-orang kafir, dan sembahan-sembahan mereka,


“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu, dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (QS. Al-Mumtahanah: 04)

Ayat ini mengajarkan kepada kita agar punya pendirian terhadap orang-orang kafir. Kita harus tegas dalam menampakkan keyakinan kita. Jangan malah kita yang bangga dan tertipu dengan kekafiran mereka, karena hanya sekedar kemajuan semu yang mereka capai di dunia ini.

Allah Ta’ala berfirman,

“Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri-negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” (QS. Ali Imran: 196)

Imamul mufassirin, Abu Ja’far Ath-Thabariy rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala Dzikruh melarang Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wasallam agar jangan tertipu dengan bergerak (bebas)nya orang-orang kafir di negeri-negeri, dan penangguhan Allah bagi mereka, padahal mereka berbuat syirik, mengingkari nikmat-nikmat-Nya, dan beribadahnya mereka kepada selain-Nya.” (Lihat Jami’ Al-Bayan: 3/557)

Jadi, bebasnya mereka di muka bumi ini, dan majunya mereka dalam segala lini kehidupan jangan membuat kita tertipu dengan mereka, sehingga akhirnya tak lagi mengingkari kekafiran mereka, dan malah memilih sikap toleran bersama mereka dalam urusan agama (aqidah, ibadah, akhlaq, dan lainnya).

Jika kita telah mengetahui kebatilan agama selain Islam, maka tak layak bagi kita dan anak-anak kita untuk berbangga, meniru, dan memuji orang-orang kafir itu, dan gaya hidup mereka . . .

• Sincan (Simbol Anak Durhaka)

Sincan adalah anak yang sering mendurhakai kedua orang tuanya, dia suka berbohong, mengeluarkan kata-kata yang kurang ajar kepada kedua orang tuanya, dan suka membuat orang tuanya marah dan jengkel. Jadi, jangan heran kalau banyak anak-anak sekarang yang meniru watak Sincan tersebut, karena telah terpengaruh oleh cerita kartun tersebut.

Allah Ta’ala berfirman, "(artinya) Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’: 23 )

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan diantara dosa-dosa besar, “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” Kemudian Beliau Shollallahu ‘alaihi wasallam duduk -sebelumnya bersandar- sambil bersabda, “Ingatlah, dan juga perkataan dusta.” (HR. Al-Bukhriy dalam Shahih-nya no. 2511, Muslim dalam Shahih-nya no.87, At-Tirmidziy dalam Sunan-nya no. 1901, Ahmad dalam Musnad-nya no. 20401)

Abu Amr Ibnush Shalah rahimahullah berkata, “Mungkin bisa dikatakan, Taat kepada kedua orang tua adalah wajib dalam segala sesuatu yang bukan maksiat; menyelisihi perintah keduanya dalam hal itu adalah kedurhakaan”. [Lihat Umdah Al-Qoriy, no. 13/216)



Jadi, termasuk dosa besar, jika seseorang mencela, membentak, merendahkan orang tuanya. Semua ini adalah bentuk-bentuk durhaka yang terlarang di dalam agama kita yang memiliki aturan yang amat sempurna!!

Inilah beberapa kesesatan film-film kartun tersebut. Namun kesalahan dan kesesatannya, sebenarnya masih banyak. Andaikan waktu dan tempat mencukupi, maka kami akan paparkan secara rinci sesuai tinjauan Al-Qur’an dan sunnah. Tapi sesuatu yang tak bisa dikerja dominannya, ya jangan ditinggalkan semuanya. Semoga pada waktu yang lain kami akan bahas kembali, Insya Allah. (PurWD/voa-islam.com)

Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 38 Tahun I, Penerbit: Pustaka Ibnu Abbas.
VOA-ISLAM

5 comments:

  1. Ya, betiluha pintarnya bangsa luar.
    penjajahan iman melalui hiburan yang menyesatkan

    ReplyDelete
  2. WOW. Postingan yang lagi-lagi excellent mbak..
    salut :D

    ReplyDelete
  3. @ dikma, alternatif hiburan gak harus selalu kartun kalee...

    @ hilmyinfo, yoa jgn Lebay...

    ReplyDelete
  4. Hmmm gimana yah ?
    secara pribadi aku juga setuju dengan pendapat mba aziza.
    kartun-kartun tersebut sungguh merusak aqidaha anak-anak kecil dengan hayalan-hayalan luar biasanya.

    Tapi yang menjadi masalahnya adalah masihs edikit orang yang mengerti dan sadar akan hal ini.

    Ane pernah berdebat soal sejenis. Eeeh dasar bengal jawabnya gampang banget.

    "Lha semua di dunia ini tinggal cara pandangnya aja, pengajian, madrasah juga kalo dipandang secara negatif juga bisa"

    Hmmm kalo ketemu orang-orang kaya gini kabur aja deh dari pada makan ati... hi hi hi

    ReplyDelete
  5. @ Ahsanfile, kaburrrrr....yuuuk mari :D

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar