Thursday, July 16, 2009

Berbagi Cerita dan Info: Bila si kecil mulai Sok Gede

Ma, aku mau pergi camphng sama teman-temanku, ya!" tiba-tiba Vanya berkata pada sang mama sambil setengah memaksa. Mamanya yang kurang suka dg keinginan putrinya yang baru kelas 5 SD itu langsung mengernyitkan dahi dan memberondong buah hatinya secara interogatif,"kemana? Sama siapa saja? Menginap tidak? Siapa yg tanggung jawab kalo ada sesuatu? Kamu sudah ijin pihak sekolah belum?"
Peristiwa diatats pasti kerap dialami para orang tua saat menghadapi anak baru gede (ABG). Namun, semakin orangtua ingin memastikan tak akan ada apa-apa diluar sana, semakin anak menutupi, mencuri-curi, bahkan berbohong untuk bisa berjauhan dari orangtua. Hal ini tentu dapat memicu ketegangan hubungan orang tua-anak.


Menurut Dra. Mayke Tedjasaputra, M.Si, psikolog perkembangan dari LPT (Lembaga Psikologi Terapan) Universitas Indonesia, Jakarta, keinginan anak untuk memiliki aktivitas sendiri atau lepas dari orangtua memang biasa terjadi. Secara psikologis anak usia sekitar 11 tahun memang sudah mulai punya keinginan untuk mandiri dan melepaskan diri dari ketergantungan terhadap keluarganya.

Hal ini terjadi seiring dgn bertambahnya kebutuhan akan pengakuan dari peergroup atau kelompok sebayanya. Ditambah peer pressure atau tekanan kelompok sebaya yang mensyaratkan partisipash anak disetiap kegiatan bersama untuk dapat diterima kelompok sebayanya.

^ Nyaman Bersama Teman
ABG memang kerap membuat pusing para orangtua. Keinginan yang aneh-aneh, suka mendebat, suka menganggap dirinya paling benar, sok hebat, mulai berbohong, dan yang lainny kerap membuat gerah orangtua. Dg segala sikapnya, ABG lalu terkesan tidak kooperatis dan semaunya sendiri. Sulit diatur dan tak mau mengindahkan perkataan orangtua.

Padahal, menurut Mayke, ini memang sudah merupakan karakteristik khas yg dimiliki anak menjelang remaja secara umum, sebagai konsekuensi logis dari proses peralihan menuju dewasa. Selain sikap ambigu dan non kooperatif, ABG juga mulai membagi prioritas hidupnya untuk peergroupnya. Keluarga tak lagi yang utama dalam hidupnya. Tak heran jika ia merasa lebih nyaman dg teman sebayanya dibanding dg keluarganya.

Sejumlah ABG lalu punya keinginan untuk mulai pergi camping, menginap dirumah teman, menonton bioskop, pesta barbeque diakhir tahun, jalan-jalan di mal, kumpul dirumah teman, dan lainnya menjadi ajang untuk menikmati dunianya tanpa orang dewasa. Ini semua hal yang wajar, karena kebutuhan untuk mengekspresikan dirinya sudah berbeda dg saat masih kanak-kanak. ABG butuh diakui oleh komunitasnya sebagai individu, bukan hanya keluarganya.

"yang tidak wajar, jika anak merasa sangat nyaman dg teman sebaya ketimbang keluarga, karena ia merasa ditolak. Sehingga, setiap kali diajak beraktivitas bersama keluarga, ia selalu menolak ikut serta,"ujar Mayke.

Anak seperti ini, biasanya selalu dipandang sebelah mata oleh keluarganya. Tidak mendapat porsi untuk menyejajarkan diri dalam musyawarah keluarga. Selalu dianggap salah dan tak punya kapabilitas untuk membuat keputusan sendiri. Ditambah dg pola komunikasi orangtua-anak yang tidak dinamis. Sehingga anak selalu diposisikan sebagai objek yang harus mematuhi perintah orangtua.

^ Stop Interogasi!
Menghadapi permintaan anak untuk jauh dari orangtua memang cukup dilematis. Disatu sisi, orang tua tak ingin pola hubungan orangtua-anak rusak akibat kesan otoriter bila menolak permintaannya. Disisi lain, orang tua juga khawatir jika anak terlibat hal negatif saat beraktivitas dgn teman sebayanya diluar sana.

Apalagi saat ini isu narkoba, alkohol, pornografi, dan lainnya sangat mudah mencemari komunitas anak-anak remaja, bahkan lebih muda lagi. Sehingga orangtua merasa perlu lebih ketat memproteksi anak dari pengaruh negatif ini. Orangtua pun merasa perlu mengetahui detil rencana sang anak harus berjauhan.

Namun bukan berarti ortu berhak menginterograsi anak dg serentetan pertanyaan yg sudah pasti akan membuatnya merasa tak dipercaya dan sebal. Sebaiknya para orangtua mencari tahu tanpa perlu membuat anak tak nyaman. Dan mulailah dg mencari tahu siapa raja teman2nya, juga bagaimana pola interaksinya.

^ Tetap Awasi
Dg bersikap jujur, anak tak akan merasa dihalang-halangi keinginannya. Demikian aziza sarikan dari tabloid Nova.1085/XXI|8-14 Desember 2008. Pada rubrik Anak dan Anak halaman.26-27.


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar