Sunday, June 21, 2009

Info Kalimat Penghancur Harga Diri Anak

Perubahan zaman dan bergesernya pola hidup saat ini membuat banyak pengaruh terhadap hubungan antara orang tua & anaknya. Bukan hanya itu perubahan-perubahan tersebut membawa pengaruh terhadap pola pikir dan pola ajar orang tua. Kini jamannya telah berbeda, pengertian antara orangtua & anak sangat dibutuhkan. Disatu sisi anak tetap sebagai seorang anak yang patuh dan menghormati orang tuannya, disisi lain orangtua juga harus menghargai & menghormati pendapat serta apa yang telah dilakukan anak. Kadang orangtua tak menyadari bahwa apa yang dilakukan & dikatakannya belum tentu sesuai dengan keinginan anaknya. Yang banyak terjadi adalah kata-kata atau ucapan yang justru memberi dampak psikologis, seperti:

"kenapa kamu nakal sekaliiiiii...". Kalimat "kenapa" adalah sebuah pernyataan retoris yang sulit dijawab. Akibatnya, anak merasa pantas untuk nakal, cap kenakalan yang diberikan orangtua dijadikan alasan pembemar, akhirnya setiap kali ada masalah anak memilih ribut dengan orangtua.

Yang harus anda lakukan sebagai orangtua adalah mencoba mencari alasan mengapa anak anda begitu, saat ia kesulitan, tenangkan dan tawarkan bantuan "sepertinya kamu punya persoalan?". Renungkan sepanjang perjalanan hidup anda salah, tentunya tak adil jika anak anda tak boleh melakukan kesalahan. Tunjukkan dimana salahnya dan ajari mengatasi persoalannya.

"yang kamu lakukan tak ada gunanya...!". Anggapan sepele orangtua akan berdampak buruk pada anak. Anak akan merasa apapun yang ia lakukan tak ada gunanya. Ini berarti anda sebagai orangtua telah mematahkan keinginan untuk mencoba. Jagalah perasaannya saat anda memberi komentar. Anak-anak belajar memahami emosi dan berpersepsi dari kalimat yang didengarnya. Makin banyak ia mendengar kalimat sayang, cinta, dan penghargaan maka ia akan semakin percaya diri.

"kok kamu nggak bisa seperti si A atau si B...". Kalimat seperti ini akan membuat anak kehilangan harapan, karena tak mungkin menjadh orang lain. Anak menjadi Antipati dan tak bersemangat. Apalagi yang menjadi pembandingnya adalah saudaranya sendiri, ia akan membelh saudaranya. Tanpa dicaci pun anak akan merasa bahwa ia tak berhasil, maka anda sebagai orangtua tak perlu menambahkannya dengan membandin-bandingkan. Keberhasilan anak tidak harus selalu dengan bekerja ekstra keras dan punya pembandingnya.

"pokoknya kamu harus melakukan itu unuk mama atau papa...!". Kalimat ini mengesankan anda sebagai orangtua mengharap pamrih dari anak. Hal ini akan menimbulkan perasaan gelisah, takut, marah dan dendam. Sekali merasakan ancaman; anak akan sulit menikmati perasaan bahagianya. Yang harus anda lakukan adalah pahamh bahasa tubuh anak biarkan anak belajar memilih sehingga ia tahu apa yang harus dilakukan dan harus bagaimana (sumber: http://www.kiatsehat.com/index.php?pgnm=/artikel/0005003100010_full.html&panel=0031)

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar